Hai masa lalu!
Hai masa lalu.
Tidak, aku hanya ingin menyapa. Berdebukah kau? Maaf aku semakin jarang mengunjungimu. Aku disibukkan dengan masa kini dan impian masa depan. Tenang saja, aku takkan melupakanmu. Aku hanya mungkin akan jarang menengokmu.
Hai masa lalu.
Aku hanya ingin menyapa. Terimakasih pernah ada. Terimakasih pernah menjadi bagian perjalananku. Sedih pun bahagia kisahmu menjadi penguat langkahku di masa kini. Bukankah masa kini adalah hasil rentetan perjalanan masa lalu? Maka itu aku berterima kasih.
Hai masa lalu.
Aku pernah jatuh, aku pernah sakit hati. Tapi sudah kusimpan semua cerita dalam sebuah kotak kenangan, yang kunamakan masa lalu. Ya kamu. Ruangmu mungkin kini gelap, aku pasti akan sering kembali melihat ruangmu, namun hanya sebentar. Aku takkan lama-lama, sekadar melihat lagi seperti apa jalan yang kulalui dulu agar aku bisa belajar lagi jika saja masa kiniku aku lupa atau mungkin lalai menjaga langkah.
Hai masa lalu.
Lihatkah kau bagaimana aku di masa kiniku? Bagaimana menurutmu? Semoga kau bangga. Sebab apapun yang kucapai, adalah karena semua pelajaran di masa lalu begitu membekas dan mampu membentukku.
Hai masa lalu.
Mari berdamai. Aku akan belajar mendewasa. Menjadi lebih tangguh di masa kini sebagai penguat langkahku dan pemantap kisahku di masa depan.
Semoga.
Comments
Post a Comment